Mahamenteri Kanjeng Gusti Panembahan Agung (KGPA) Tedjowulan menilai dua raja Keraton Solo yang sama-sama mengukuhkan diri belum siap menyandang gelar Sinuhun Paku Buwono XIV. Dia mengatakan ketidaksiapan tersebut terlihat dari aspek spiritual maupun pengetahuan.
“Kalau saya melihat, mereka belum siap. Baik secara spiritual maupun dari segi pengetahuan, belum siap untuk menduduki jabatan sebagai seorang raja,” ujar Tedjowulan dalam podcast bersama infoJateng, Rabu (24/12/2025).
Dia menjelaskan salah satu indikator kesiapan seorang raja adalah kemampuannya memegang prinsip sabda pandita ratu. Artinya, setiap ucapan raja harus melalui proses perenungan yang mendalam, bukan disampaikan secara sembarangan.
“Ratu itu dipegang sabda pandita ratu. Jadi jangan asal bicara. Berbicara harus melalui proses yang sangat mendalam. Dengan latar belakang pendidikan hukum seharusnya paham betul, karena ucapan yang keliru itu bisa melukai,” kata dia.
Tedjowulan menekankan bahwa seorang raja semestinya mampu melindungi, menenangkan, dan tidak menyakiti pihak lain. Namun, menurutnya, sikap tersebut belum tampak hingga saat ini.
Dia berseloroh bahwa calon raja seharusnya menjalani psikotes untuk mengukur kemampuan dan kesiapan mental. Selain itu, aspek spiritual dan religius juga menjadi syarat penting yang tidak bisa diabaikan.
“Seharusnya ada psikotes, semacam fit and proper test. Di Jawa, unsur spiritual dan religius itu harus dijalankan. Termasuk ritual 40 hari. Apa susahnya mendoakan yang sudah surud (meninggal) sesuai adat? Harapannya supaya bisa lebih tenang, berpikir jernih, dan mengendap dulu,” kata dia.
Terkait kehadirannya dalam penobatan Paku Buwono XIV Mangkubumi, Tedjowulan menegaskan dirinya tidak mendukung salah satu pihak. Dia mengaku hadir karena diundang dalam acara yang melibatkan putra-putri Paku Buwono XII.
“Soal dukung-mendukung, yang mau didukung yang mana? Harapan saya sebenarnya mereka bisa bertemu lebih dulu. Berdasarkan pengalaman saya dengan Paku Buwono XIII, pertemuan itu penting untuk membicarakan rekonsiliasi dan kesepahaman,” ujarnya.
Dia juga mengaku tidak mengetahui rencana penobatan tersebut sebelumnya. “Saya memanggil saudara-saudara saya, putra-putri Paku Buwono XII, tanpa tahu ada rencana penobatan. Tahu-tahu ada acara seperti itu,” kata dia.






