Di Gunung Galunggung, ada terowongan besar yang terletak di dekat tangga biru menuju puncak Gunung Galunggung. Terowongan ini adalah terowongan air yang dibangun untuk menjaga keamanan dari ancaman erupsi gunung.
Sering disebut juga sebagai Galunggung Tunnel, terowongan ini dibangun sebagai antisipasi bencana pasca erupsi dahsyat Gunung Galunggung pada April 1982 hingga Februari 1983. Tragedi itu mengajarkan pentingnya kesiapsiagaan dan upaya mitigasi bencana secara serius.
Seiring kemajuan teknologi dan meningkatnya kesadaran masyarakat, upaya mitigasi terhadap potensi erupsi kembali Galunggung pun terus dilakukan. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah pembangunan tunnel atau terowongan saluran pembuangan air kawah.
Tunnel ini dibangun dengan melubangi dinding gunung di sekitar kawah Galunggung. Tujuannya untuk mengurangi volume air yang tergenang di dalam kawah. Debit air kawah yang terlalu besar bisa memicu bahaya besar saat erupsi terjadi, karena air akan berubah menjadi lahar panas dan awan pijar, yang berpotensi merusak wilayah luas di sekitarnya.
“Sebelum dibangun tunnel, debit air kawah Galunggung berada di kisaran 3 juta sampai 4 juta meter kubik. Setelah dibangun tunel berkurang drastis, sekarang di kisaran 700 ribu meter kubik,” kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Galunggung Gradita Trihadi dalam arsip infoJabar, Rabu (2/7/2022).
Gradita menegaskan pembangunan tunnel ini merupakan bagian vital dari strategi mitigasi erupsi. Semakin sedikit air di kawah, semakin kecil pula potensi bahaya lahar panas yang bisa terbentuk saat letusan terjadi. “Jika air kawah penuh, tak terbuang, maka dampak erupsi akan sangat besar,” kata Gradita.
Rabu (2/7/2025) petang, infoJabar berkesempatan menyambangi ujung tunnel kawah Galunggung itu. Untuk sampai ke tunnel Galunggung relatif mudah, karena bisa dijangkau dengan sepeda motor, tak perlu jalan kaki.
Terowongan air ini memiliki diameter sekitar 2 meter lebih, tapi tak sampai 3 meter. Air yang cukup jernih mengalir tak henti, menimbulkan suara gemericik yang konstan. Seakan menghembuskan suasana tenang di tempat yang relatif tersembunyi dari aktivitas pariwisata.
—
Artikel ini sudah tayang di infoJabar. .