Upaya pemulihan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) fokus melindungi gajah sumatera sekaligus keselamatan warga yang tinggal di kawasan itu. Warga yang masih berada di dalam kawasan TNTN bakal direlokasi.
Kepala Balai TNTN Heru Sutmantoro menjelaskan bahwa petugas lapangan TNTN terus berupaya memutus jalur aktivitas ilegal, warga yang bertanam sawit di dalam TNTN, dengan melakukan blokade. Dari empat pos pengamanan yang ada, dua pos sudah berhasil direbut kembali, sedangkan dua pos lain masih dalam proses penertiban.
Untuk memperkuat upaya itu, sebanyak 331 personel gabungan telah diterjunkan ke lapangan. Untuk memastikan penertiban berjalan efektif, pemerintah membentuk Tim Percepatan Penanganan Tesso Nilo yang berada di bawah koordinasi gubernur.
“Tim ini melibatkan Pangdam, Kapolda, Kejati, unsur pemerintah daerah, serta para bupati. Tujuannya jelas: memastikan penegakan hukum dan penertiban di TNTN berjalan konsisten dan terkoordinasi,” ujar Heru kepada infoTravel, Kamis (27/11/2025).
Heru menegaskan bahwa penertiban itu sangat penting untuk mengembalikan fungsi ekologis TNTN sebagai habitat gajah sumatera. Kerusakan hutan selama bertahun-tahun membuat ruang jelajah gajah semakin menyempit, memicu konflik satwa-manusia, serta mengganggu aliran Sungai Nilo yang kemudian menyebabkan banjir.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
“Pemulihan ekologis menjadi kebutuhan yang tidak bisa lagi ditunda,” kata Heru.
Heru mengatakan di saat bersamaan bakal merelokasi warga ke tempat yang lebih aman. Menurutnya, cara itu menjadi solusi tepat untuk menyelamatkan warga maupun bagi kelangsungan hidup gajah.
“Sebagian masyarakat sudah sepakat untuk direlokasi, sebagian lain masih ragu. Karena itu, pendekatan persuasif dilakukan untuk memastikan relokasi tidak memutus mata pencaharian dan justru membawa warga ke tempat yang lebih aman dan lebih layak,” kata dia.
Menurut Heru, relokasi bukan hanya soal penataan ruang, tetapi juga tentang melindungi nyawa manusia. TNTN adalah rumah bagi gajah, harimau, tapir, dan beruang-satwa yang secara alami dapat membahayakan masyarakat jika hidup berdampingan terlalu dekat.
“Membiarkan warga tetap tinggal di zona berbahaya justru bisa dianggap bentuk pembiaran yang mengancam keselamatan. Kita pernah melihat contohnya di Pekanbaru,” kata Heru.
Selain relokasi warga, pemulihan ekosistem juga menjadi prioritas. Penanaman kembali, penertiban lahan, dan pemulihan fungsi hidrologi terus dilakukan untuk memulihkan ruang hidup gajah dan satwa lainnya. Harapannya, TNTN kembali menjadi kawasan konservasi yang aman, baik bagi satwa liar maupun bagi masyarakat di sekitarnya.
“Kami berharap TN Tesso Nilo dapat dipulihkan, untuk melindungi gajah sumatera, juga kekayaan hayati. Di saat bersamaan penting untuk memastikan keselamatan dan keberlanjutan hidup masyarakat melalui relokasi,” Heru menegaskan.






