Tradisi Mencuci Keris Setiap Malam 1 Suro, Begini Sejarahnya

Posted on

Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H jatuh Jumat (27/6) esok. Masyarakat Jawa mengenalnya sebagai Malam 1 Suro dengan tradisi mencuci keris. Bagaimana sejarahnya?

Masyarakat suku Jawa punya sejumlah tradisi khusus yang dilakukan pada malam 1 Suro. Salah satunya yang sudah terkenal adalah mencuci keris atau pusaka lainnya.

Tradisi mencuci keris ini sudah eksis sejak zaman dahulu dan terus dilestarikan sampai sekarang secara turun temurun. Sejak kapan tradisi ini dilaksanakan?

Diringkas dari Jurnal Panangkaran bertajuk ‘Tradisi Jamasan Pusaka pada Bulan Suro: Penggabungan Nilai Budaya Jawa dan Ajaran Agama Islam’ oleh Leariska Arisky dan Agus M Fauzi, tradisi mencuci atau jamasan keris sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit.

Dahulu, pusaka-pusaka sakti Kerajaan Majapahit dicuci dengan mengikuti ritual tertentu. Air yang dipakai pun tidak sembarangan, melainkan perasan jeruk nipis. Dengan pencucian ini, diharapkan benda-benda pusaka, termasuk keris, tidak berkarat ataupun kotor.

Lebih lanjut, disadur dari laman NU Online, jamasan keris tidak dikhususkan pada malam 1 Suro saja, melainkan bulan Suro secara keseluruhan. Hal ini diterangkan oleh kolektor keris Sumenep, Fahmi Tauhedy.

“Mencuci pusaka tidak hanya dilakukan pada satu Suro, tapi di bulan Suro atau awal bulan Hijriah. Para pemilik keris melakukannya dengan harapan tahun baru akan mendatangkan kedamaian, keamanan, tentunya lebih baik dari tahun kemarin,” jelas Fahmi pada Kamis (27/7/2023).

Mengenai tata cara mencuci keris, antara satu daerah dengan yang lain bisa berbeda. Sebagai contoh, di bawah ini urut-urutan tradisi pencucian keris di Kabupaten Pemalang, dirujuk dari tulisan Afiliasi Ilafi bertajuk ‘Tradisi Jamasan Pusaka dan Kereta Kencana di Kabupaten Pemalang’ dalam jurnal Pangadereng:

– Pemanjatan doa oleh juru jamas dan asistennya.
– Pembakaran kemenyan.
– Pembukaan warangka keris.
– Keris dimasukkan dalam kendi yang telah berisi air beserta bunga kantil, kenanga, dan melati.
– Keris dikeringkan dengan kain mori agar lekas kering.
– Keris diberi irisan jeruk nipis agar awet sekaligus menghilangkan karat yang menempel.
– Keris ditetesi wewangian.
– Keris tidak langsung dimasukkan ke warangkanya untuk mencegah jamur.

Sedangkan dikutip dari dokumen unggahan Digilib UNS (Universitas Sebelas Maret), ada 4 tahap pencucian pusaka di Keraton Jogja dan Solo, yakni pengambilan pusaka, tirakatan (semedi), arak-arakan, dan jamasan itu sendiri. Khusus tahap jamasan pusaka, begini tata caranya:

– Keris direndam dalam air kelapa muda untuk melepas kotoran dan karat. Lama waktu perendaman tergantung tebal tipisnya karat yang menempel.
– Keris dibersihkan dengan irisan jeruk nipis dan buah mengkudu matang yang digosok-gosokkan.
– Keris dibersihkan dengan air sabun yang terbuat dari campuran buah lerak dan air. Pembersihan ini dilakukan dengan bantuan sikat lembut.
– Keris dikeringkan.
– Keris direndam dalam larutan warangan yang telah dicampur jeruk nipis.
– Keris dikeringkan kembali.
– Keris diolesi melati atau minyak cendana.
– Keris disimpan kembali di tempatnya semula.

Makna jamasan keris adalah merawat tradisi leluhur. Bukan tanpa sebab, seiring berjalannya zaman, tradisi pencucian keris bisa jadi menghilang karena generasi muda telah kehilangan niat.

Melakukan tradisi ini juga merupakan simbol penghormatan kepada warisan budaya leluhur yang telah melekat sejak lama. Dengan mencuci keris, tak hanya merawat tradisi warisan, pelakunya juga sudah membantu melestarikan sejarah.

Bagi masyarakat yang masih memercayai kemistisan keris, pembersihan ini punya makna lebih dalam lagi. Dengan menjamas keris, seseorang dapat terhubung dan berkomunikasi dengan leluhur.

Di samping itu penjamasan keris juga bermakna ajang pembersihan energi atau roh. Yang jelas, makna pencucian keris umumnya mencerminkan kepercayaan, nilai budaya, dan pandangan spiritual yang dipegang oleh si pemberi makna atau lingkungan tempatnya tinggal.

——–

Artikel ini telah naik di

Tata Cara Mencuci Keris pada Malam 1 Suro

Makna Tradisi Mencuci Keris pada Malam 1 Suro