Pemerintahan Donald Trump sedang mempertimbangkan biaya sebesar USD 1.000 sekitar Rp 16,3 juta untuk turis dan pemohon visa lain yang ingin mendapatkan antrean fast-track.
Dilansir dari Reuters pada Senin (9/6/2025), pertimbangan ini ditulis lewat memo internal Departemen Luar Negeri, meskipun pengacara pemerintah telah memberikan tanda bahaya hukum atas rencana tersebut.
Sebelumnya, orang yang memasuki AS dengan visa turis dan visa non-imigran akan membayar biaya pemrosesan sebesar USD 185 (Rp 3 jutaan).
Opsi baru seharga Rp 16 jutaan ini sedang dipertimbangkan AS menjadi layanan premium yang memungkinkan beberapa orang untuk langsung mendapatkan giliran pertama dalam wawancara visa.
Program tersebut dapat hadir dalam bentuk percontohan paling cepat pada bulan Desember, menurut memo yang ditinjau oleh Reuters.
Biaya yang diusulkan untuk janji temu visa, yang belum pernah dilaporkan sebelumnya, muncul bersamaan dengan visi Presiden Donald Trump tentang “kartu emas” yang akan menjual kewarganegaraan AS seharga USD 5 juta, memberikan akses yang lebih cepat bagi mereka yang bersedia membayar.
Namun, tim hukum Departemen Luar Negeri mengatakan ada risiko tinggi penolakan oleh kantor anggaran Gedung Putih atau pembatalan di pengadilan AS, kata memo tersebut.
“Menetapkan biaya di atas biaya untuk menyediakan layanan bertentangan dengan preseden Mahkamah Agung yang telah ditetapkan,” kata memo tersebut.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan departemen tidak mengomentari dokumen dan komunikasi internal.
“Penjadwalan janji temu wawancara visa non-imigran oleh departemen bersifat dinamis dan kami terus berupaya meningkatkan operasi kami di seluruh dunia,” kata juru bicara tersebut.
Sejak menjabat pada 20 Januari, Trump telah secara agresif menindak imigrasi, termasuk mencabut beberapa visa pelajar dan meningkatkan pengawasan terhadap semua pemohon visa.
Departemen Luar Negeri mengeluarkan 10,4 juta visa non-imigran pada tahun fiskal 2023, termasuk 5,9 juta visa turis, menurut laporan tahunan terbaru lembaga tersebut, membuka tab baru.
Pengeluaran perjalanan internasional di Amerika Serikat diperkirakan akan turun sekitar 7% pada tahun 2025 karena penentangan terhadap kebijakan Trump dan dolar yang kuat mendorong wisatawan asing untuk memilih tujuan lain, kata Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia pada bulan Mei.