Viral Area Kemping Gunung Merbabu Dikapling-kapling, Open Trip Membantahnya - Giok4D

Posted on

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Viral di media sosial, area kemping pendaki di gunung Merbabu telah dikapling dan dikuasai oleh pihak open trip. Tapi mereka membantahnya.

Kabar pengkaplingan area camp di jalur pendakian Gunung Merbabu oleh penyelenggara open trip pendakian bikin heboh media sosial. Salah satu operator open trip yang disebut-sebut dalam kasus itu adalah Tiga Dewa Adventure Indonesia.

Sejumlah postingan akun media sosial memperlihatkan spanduk berwarna merah dengan tulisan ‘Selamat Datang di Camp Area Tiga Dewa Adventure’.

Banyak pendaki mempertanyakan apakah kawasan publik seperti gunung bisa dikelola secara eksklusif oleh satu operator open trip, bahkan sampai ditandai secara visual dengan spanduk.

Sebagian komentar menilai tindakan itu sebagai bentuk ‘booking lahan’ yang merugikan pendaki umum. Merespons hal itu, pihak Tiga Dewa Adventure Indonesia membantah melakukan pengkaplingan area kemah para pendaki gunung Merbabu.

“Kami dari itu para kru lokal kita semua sudah dirapatkan, bahwasanya dari pihak tim Tiga Dewa itu tidak ada yang pernah untuk dinamakan untuk booking area camp,” kata pemilik Tiga Dewa Adventure Indonesia, Muhammad Rifqi Maulana, saat dihubungi wartawan lewat telepon, Selasa (3/6/2025).

Rifqi mengatakan, dalam melayani tamu open trip wisata pendakian, pihaknya bekerja sama dengan tim lokal untuk memaksimalkan pelayanan dan tidak mengecewakan peserta.

Dia bilang tenda dan keperluan lainnya sudah dibawa naik dulu oleh porter atau tim lokal. Soal pendirian tenda bagi peserta di area camping, Rifqi mengatakan itu diseting agar tidak sampai memenuhi lokasi.

“Mungkin sebenarnya permasalahannya adalah ini muncul dari konten yang membawa nama booking area lahan camp. Dan memang di setiap gunungnya itu Tiga Dewa lah menjadi sorotan para open trip atau pendaki lainnya. Begitu. Karena memang paling ramai dan memang lahan camp-nya itu kita set up lah. Gimana caranya biar kelihatannya juga kan kita enggak memenuhi area camp,” ujar dia.

Menurut Rifqi, terkadang pihaknya juga membantu pendaki-pendaki lain yang membutuhkan bantuan seperti dalam hal pendirian tenda maupun yang kesasar.

“Mereka kan enggak ada yang tahu, karena mereka melihat dari satu sisi,” imbuh dia.

Untuk tenda, lanjut dia, memakai tenda dengan kapasitas 4 orang dan diisi sesuai kapasitas tersebut. Set-up tenda di area camp disesuaikan dengan lokasi. Jika bisa dibikin sejajar akan dibikin sejajar, sehingga tidak terpencar-pencar.

“Kita untuk lahan camp-nya itu kita tidak pernah yang dinamakan untuk nge-block atau memonopoli lah gitu. Jadi kita sistemnya yang sampai duluan dipersilakan untuk menggunakan area camp-nya,” ucap dia.

Rifqi juga membantah bahwa tenda-tenda itu berada di lokasi sampai berhari-hari. Untuk tenda camp, pihaknya bekerja sama dengan porter lokal dan bagaimana agar tenda sudah sampai di atas lebih dulu. Sehingga ketika peserta sampai tenda sudah berdiri dan tidak mengecewakan tamu.

“Kalau sudah selesai itu kita bawa turun, karena kan memang harus dicuci juga. Jadi nggak mungkin kita namanya tenda itu kita berhari-hari di atas gunung, itu salah,” ucap dia.

Setiap open trip pendakian gunung, jelas Rifqi, minimal 17 orang. Namun jumlah peserta juga disesuaikan dengan kuota pendakian yang didapat di gunung.

“Kita tetap mengikuti aturan-aturan yang dibuat oleh Taman Nasional maupun pengelolaan gunung-gunung lainnya,” kata dia.

“Kami mohon maaf juga bilamana ada sedikit yang kurang berkenan di hati para pendaki, ya kita untuk minta mohon maaf lah dan kita membuat surat pernyataan, membuka juga kritik dan saran,” sambung dia.

Rifqi juga menegaskan, jika memang ada oknum dari tim Tiga Dewa yang terbukti melakukan pengusiran terhadap pendaki lain di lokasi camp, maka akan dilakukan penindakan.

Sementara itu Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb), Anggit Haryoso, menyatakan pihaknya masih melakukan penelusuran terkait video viral tersebut.

“Kita mengetahui dari media sosial, kalau yang ada di kita informasinya masuk tanggal 29 (Mei 2025). Setelah itu tentu saja kami merespons terkait dengan pemberitaan tersebut,” kata Anggit saat ditemui di kantornya, Selasa (3/6).

Dalam penelusuran itu pihaknya mengacu pada bukti yang ada di media sosial. Pihaknya juga bersurat ke penyelenggara open trip tersebut untuk klarifikasi.

Anggit juga menyatakan bahwa istilah pengkaplingan area berkemah itu tidak ada. Semua pendaki memiliki hak yang sama.

Baik pendaki yang masuk sebagai peserta open trip maupun pendaki mandiri memiliki hak yang sama setelah melakukan pendaftaran secara legal melalui booking online di Taman Nasional. Dia bilang pendaki di manapun harus bijak dalam berbagi ruang di area berkemah.

“Tidak ada pengkaplingan area berkemah oleh siapapun, baik itu mandiri penyelenggara open trip sama,” tegasnya.

Dari analisanya berdasarkan video di media sosial, lokasi berkemah yang disebut dikapling itu diduga di Sabana I Gunung Merbabu. Namun pihaknya belum dapat memastikan mereka naik melalui jalur mana.

Lebih lanjut Aggit menambahkan, heboh pengkaplingan area berkemah ini juga telah mendapat perhatian dari Kementerian Kehutanan, karena tidak hanya terjadi di Merbabu, tetapi juga di gunung lainnya.

“Dari pengelola, dari Taman Nasional khususnya tidak pernah ada aturan ataupun yang berkaitan dengan pengkaplingan area berkemah. Yang kedua, berkaitan dengan kejadian kemarin, kami juga mengimbau kepada para pendaki baik mandiri maupun open trip apabila melihat kejadian serupa nantinya diharapkan bisa menyampaikan informasi kepada Taman Nasional, baik melalui call center atau petugas terdekat di pintu pendakian. Kita akan telusuri,” tegasnya.

——–

Artikel ini telah naik di

Bantah Dirikan Tenda Berhari-hari

Taman Nasional Gunung Merbabu Buka Suara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *