Masalah overtourism bikin pusing warga Barcelona, Spanyol. Di tengah keramaian pusat kota Barcelona pada hari Minggu lalu, ribuan pengunjuk rasa kembali turun ke jalan, meneriakkan satu pesan tajam kepada para turis yang sedang merekam mereka. ‘Pulanglah!’.
Mengutip BBC, Selasa (17/6/2025), pasangan-pasangan turis yang duduk santai di kafe jalanan tampak kebingungan ketika mereka disemprot dengan pistol air. Sebuah toko pakaian mewah pun ditempeli stiker bertuliskan pesan penolakan terhadap para wisatawan yang mengunci diri di dalamnya.
Pariwisata adalah sektor vital bagi Spanyol, dan Barcelona merupakan salah satu tujuan utama wisata dunia. Namun, lonjakan jumlah pengunjung yang begitu cepat membuat banyak warga lokal merasa mereka terusir dari kota sendiri. Fenomena serupa kini terjadi di banyak kota populer di Eropa selatan, dan warga mulai melawan.
Salah satu pengunjuk rasa, Marina, membawa spanduk bertuliskan ‘Airbnb-mu dulu rumahku’. “Kami tidak bisa hidup di kota ini. Harga sewa gila-gilaan karena penginapan sewaan dan para ekspat yang datang hanya demi cuaca,” ujar Marina.
Spanduk lainnya menuntut larangan kapal pesiar raksasa dan menyatakan bahwa overtourism tengah ‘membunuh’ kota. “Kami tidak menolak pariwisata sepenuhnya, tapi harus ada batas yang wajar,” tegasnya.
Dengan perpaduan arsitektur menakjubkan, laut, dan sinar matahari, Barcelona menarik lebih dari 15 juta pengunjung tahun lalu – hampir 10 kali lipat dari jumlah penduduknya.
Bukan hanya anak muda yang terdampak. Pepi Viu (80) baru saja diusir dari rumahnya di lingkungan populer tempat ia tinggal hampir satu dekade. Ia percaya sang pemilik rumah ingin menyewakan ke penyewa yang bisa bayar lebih tinggi dari uang pensiunnya. Kini ia tinggal di hostel dan mencari tempat tinggal yang layak – namun harga sewa telah naik 70% sejak terakhir ia menyewa.
“Aku tak bisa menemukan apa-apa. Tak ada bantuan. Aku merasa tidak punya perlindungan. Sekarang hanya ada apartemen turis, padahal kami butuh tempat tinggal,” ujarnya.
Di beberapa kawasan, hampir semua warga lokal telah terusir. Namun, Joan Alvarez, yang tinggal di kawasan Gotik – jantung wisata Barcelona – tetap bertahan di apartemen yang telah disewa keluarganya selama 25 tahun. Meski kontraknya diputus, Joan menolak pergi.
“Kami hampir punah di pusat kota. Ini bukan sekadar uang, ini soal prinsip. Ini properti dia, tapi ini rumah saya,” ujarnya.
Di sisi lain, Jesus Pereda, pemilik dua apartemen sewa wisata, merasa disudutkan. Ia menyewakan propertinya kepada turis dan hidup dari pendapatannya itu.
Pemerintah kota Barcelona berencana melarang total sewa jangka pendek mulai tahun 2028, yang akan mencabut izin lebih dari 10.000 pemilik. “Sudah 10 tahun tak ada izin baru, tapi harga tetap naik. Jadi, kami yang salah? Kami hanya target mudah,” ujar Jesus.
Menurutnya, penyebab utama justru para “digital nomad” dari Eropa yang bisa bayar lebih mahal. “Bukan turis biasa,” ujarnya.
Jika dilarang menyewakan ke turis, Jesus berencana menjual propertinya karena sewa jangka panjang tak menguntungkan akibat batas harga.
Meski overtourism membebani kota, pariwisata juga penting bagi kota karena menyediakan lapangan kerja dan pendapatan. “Pariwisata kini menyumbang 14% dari ekonomi kota dan menyediakan 150.000 lapangan kerja,” kata Mateu Hernández, direktur Konsorsium Pariwisata Barcelona seperti dilansir CNN.
Pada tahun 2004, Barcelona, kota berpenduduk 1,5 juta jiwa, menerima 4,5 juta wisatawan yang menginap, penambahan wisatawan membuat pemerintah menambah kapasitas bandaradengan menambahkan landasan pacu ketiga dan terminal baru.
Ryanair mulai menyediakan penerbangan murah di sana pada tahun 2010. Lebih banyak terminal kapal pesiar dibangun, dan pada tahun 2019, tepat sebelum pandemi Covid, terdapat 16,1 juta wisatawan yang menginap, menurut data resmi.
Kemudian ada 15,5 juta wisatawan menginap di Barcelona pada tahun 2024, 100.000 orang lebih sedikit daripada tahun 2023, menurut data resmi. Populasi kota tersebut telah meningkat menjadi 1,7 juta. Itu berarti jumlah turis hampir mencapai 10 kali dari jumlah warloknya.
Beberapa wisatawan hanya menghabiskan satu hari di kota tersebut. Di antara mereka, 1,6 juta penumpang kapal pesiar ‘dalam perjalanan’ pada tahun 2024. Mayoritas datang ke darat ketika kapal mereka berlabuh di pagi hari, berkeliling kota, dan kembali pada sore hari untuk berlayar ke tujuan berikutnya.