Wisata Religi Istiqlal, Masjid Terbesar Sejuta Cerita

Posted on

Masjid Istiqlal dibangun selama 17 tahun, dan gagasannya muncul setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945. Pada tahun 1953, sejumlah organisasi masyarakat Islam mengusulkan pembangunan sebuah masjid negara yang megah sebagai simbol kemerdekaan dan kebanggaan bangsa.

Setahun setelahnya, dibentuklah Yayasan Pembangunan Masjid Besar yang kemudian menyelenggarakan lomba desain arsitektur untuk mewujudkan masjid kebanggaan Indonesia.

Lomba desain tersebut menarik ribuan peserta dari berbagai daerah. Pemenangnya adalah Frederich Silaban, arsitek asal Sumatera Utara sekaligus lulusan ITB. Ia merupakan putra seorang pendeta di Samosir. Kemenangannya tidak lepas dari pendekatan mendalam yang ia lakukan, termasuk survei ke berbagai daerah dan Timur Tengah untuk memahami filosofi arsitektur Islam sebelum menyusun desain Masjid Istiqlal.

“Kalau dilihat dari luar saat naik transjakarta atau yang lainnya pasti kelihatan menari ini dan di Istiqlal ini ada dua bangunan, bangunan utama dan bangunan tambah, sedangkan menaranya namanya menara tunggal,” Kata Yulia, tour guide wisata krearif Jakarta, kepada infoTravel akhir pekan lalu.

Salah satu ciri khas rancangan Silaban adalah menara tunggal yang melambangkan keesaan Tuhan. Dari luar, masjid tampak terdiri atas dua bangunan, yaitu bangunan utama dan bangunan tambahan, yang menggambarkan konsep dualitas seperti pagi dan sore atau tinggi dan rendah.

Menara setinggi 66,66 meter merepresentasikan jumlah ayat dalam Al-Qur’an, sedangkan lingkaran setinggi 30 meter melambangkan jumlah juz dalam Al-Qur’an. Bangunan masjid terdiri atas lima lantai sebagai simbol lima rukun Islam.

Presiden Sukarno memberikan satu syarat khusus kepada Silaban, yakni menjadikan Istiqlal tetap sejuk tanpa penggunaan pendingin udara. Untuk mewujudkannya, digunakan marmer pada lantai dan ventilasi udara berbahan stainless steel yang memungkinkan sirkulasi udara alami.

Inovasi ini membuat Istiqlal dikenal sebagai bangunan ramah lingkungan. Keberlanjutan dan desain hijau masjid ini terbukti saat pandemi COVID-19, ketika Istiqlal menerima penghargaan internasional karena memiliki area terbuka dan ruang hijau yang luas.

Hingga kini, bangunan Istiqlal masih mempertahankan struktur aslinya sejak diresmikan pada tahun 1978. Bagi jamaah yang ingin beriktikaf selama Ramadan, pendaftaran dibuka sebulan sebelumnya dengan kuota sekitar 500 porsi sahur setiap hari.

Yulia menambahkan lamanya pembangunan masjid, yang mencapai 17 tahun, dipengaruhi beberapa faktor penting. Selain peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965, Indonesia juga ditunjuk menjadi tuan rumah Asian Games ke-4 pada 1962.

Pemerintah kemudian memprioritaskan pembangunan proyek nasional lain seperti Gelora Bung Karno dan Hotel Indonesia, sehingga proses pembangunan Istiqlal berjalan lebih lambat.

Halaman Masjid Istiqlal sendiri mampu menampung hingga 200.000 jamaah. Pada bagian kubah dalam, tertulis kaligrafi Surah Al-Ikhlas yang disambung dengan Surah Yasin.

Surah Al-Ikhlas dipilih karena mudah dan sangat dikenal, sedangkan Surah Yasin terkenal sebagai surah yang diyakini dapat menolak bala. Karpet masjid didatangkan dari Turki dan dibuat dengan material anti-api demi keamanan jamaah. Di dalam masjid, tidak terdapat sistem AC permanen, hanya beberapa kipas angin yang digunakan sebagai pendukung. Selain itu, terdapat 12 tiang besar yang menjadi simbol tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Seluruh elemen bangunan, mulai dari struktur hingga material, tetap dipertahankan keasliannya sebagai bagian dari nilai sejarah masjid. “Ini sungai di depan masjid Istiqlal namanya Ciliwung,” kata Yulia.

Masjid Istiqlal berdiri megah di depan aliran Sungai Ciliwung, menjadikannya salah satu ikon wisata religi sekaligus landmark arsitektur nasional. Dengan filosofi yang kuat, desain yang sarat makna, serta sejarah panjang pembangunannya, Istiqlal tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga ruang edukasi dan destinasi wisata yang kaya nilai budaya dan spiritual.