Selama bertahun-tahun destinasi untuk belanja dipegang oleh Paris. Namun, tahun ini takhta tersebut direbut oleh Seoul.
Dari hasil Readers Choice Awards 2025, Conde Nast Traveler mengumumkan 10 kota belanja yang kini digemari oleh wisatawan. Melansir The Nation, Rabu (3/12/2025) kebangkitan kota seperti Seoul, Singapura, Tokyo, Hong Kong, dan Bangkok menegaskan bahwa Asia bukan lagi sekadar pasar, melainkan pusat tren global.
Kini belanja bukan hanya sekadar transaksional belaka tetapi menjadi sebuah pengalaman berbeda yang ingin dirasakan oleh wisatawan. Berikut 10 daftar kota yang jadi favorit untuk destinasi belanja.
Seoul menawarkan dua wajah sekaligus yakni pasar tradisional berusia 600 tahun dan industri K-beauty yang tak pernah berhenti berinovasi. Banyak wisatawan datang ke kota ini sambil membawa koper setengah kosong, karena mereka tahu pasti akan pulang dengan bawaan lebih banyak.
Di Seongsu-dong, bangunan bekas bengkel mobil kini menjelma menjadi toko kecantikan dengan konsep artistik. Sementara itu, Pasar Gwangjang menghadirkan suasana Seoul tempo dulu dengan hanbok sutra dan jajanan khas yang digoreng langsung oleh para ahjumma.
Toko utama Olive Young di dekat Myeongdong menjadi semacam pusat ‘ramalan; tren kecantikan Korea. Karena apa yang populer di sini biasanya akan mendunia beberapa bulan kemudian.
Singapura tetap menjadi destinasi ritel yang bersih, rapi, dan terasa glamor. Orchard Road adalah jantungnya, dengan ION Orchard dan Takashimaya sebagai ikon yang mudah dikenali. Belanja di sini terasa menyenangkan berkat udara sejuk dan tata ruangnya yang tertata, dari stationery Jepang hingga streetwear edisi terbatas.
Tokyo punya harmoni unik antara megah dan intim. Di Ginza, gedung-gedung kaca rancangan arsitek top berdiri sejajar seperti galeri mode raksasa. Sebaliknya, Harajuku menghadirkan ruang mode yang lebih bebas dan eksperimental.
Koenji dan Shimokitazawa tetap menjadi surga bagi pencinta vintage. Bookoff Super Bazaar hingga Casanova menawarkan barang preloved yang dikurasi dengan rapi, mulai dari tas desainer hingga temuan langka.
Ada pula Utsuwa Hanada bagi mereka yang ingin membawa pulang keramik buatan tangan khas Jepang.
Hong Kong seolah diciptakan khusus untuk belanja mewah. Mal-nya dibangun tegak menjulang, butik-butik besar berdiri di tepi pelabuhan, sementara pasar tradisional yang berliku memberi sentuhan lokal yang tak tergantikan.
Di area Central dan Tsim Sha Tsui, Harbour City menjadi andalan wisatawan untuk berburu barang mewah bebas pajak.
Paris masih menjadi acuan kota belanja dunia. Di Rue Saint-Honore, wisatawan bisa menemukan keramik antik di Astier de Villatte hingga studio kulit Paramaz yang membuat aksesori handmade.
Pasar loaknya pun punya keunikan sendiri, Vanves untuk koleksi dekorasi, Montreuil dengan pesona lokal, dan Marche Dauphine yang mudah dikenali berkat bangunan Futuro House.
Di Saint-Germain, toko buku 7L dan Deyrolle menjadi bukti bahwa belanja di Paris selalu berkaitan dengan cerita dan sejarah panjang kota ini.
Madrid sudah menjadi kota belanja sebelum era fast fashion merajalela. Meski flagship Zara di Gran Vía selalu ramai, identitas belanja Madrid tetap didukung penjahit lokal, studio kulit, dan deretan butik kecil yang mempertahankan karakter kota.
Bangkok adalah kota belanja yang semenarik itu. Chatuchak Weekend Market dengan 15.000 kiosnya seperti dunia kecil penuh barang aneh, unik, dan makanan rumahan yang menggoda.
Saat cuaca tak bersahabat, sebagian besar aktivitas belanja pindah ke dalam mal. Central Park punya lebih dari 550 merek dengan taman atap raksasa, sementara IconSiam bahkan menghadirkan pasar terapung mini lengkap dengan perahu kayu.
London memberikan pengalaman belanja yang terasa seperti mengunjungi pasar besar yang terus tumbuh dari masa ke masa. Mayfair masih mempertahankan tradisi penjahit Savile Row, sedangkan Mount Street menawarkan butik-butik modern dengan sentuhan seni.
Portobello Road jadi favorit untuk pemburu barang antik, sementara Oxford Street tetap jadi panggung utama budaya ritel kota ini.
Cape Town memadukan keindahan lanskap dan kreativitas lokal. Watershed di V&A Waterfront menyatukan lebih dari 150 kios kerajinan Afrika dalam satu area luas.
Di sisi lain, kota ini punya ekosistem thrift yang kuat, dengan toko-toko seperti Help The Rural Child atau Coats for Africa yang menyumbangkan hasil penjualan untuk kegiatan sosial.
Dublin menawarkan suasana belanja yang hangat dan penuh karakter. George’s Street Arcade menampung pedagang lencana, pembaca tarot, hingga aksesori unik. Di Grafton Street, suasana klasik masih terasa lewat penyambutan ramah di depan Brown Thomas.
1. Seoul
2. Singapura
3. Tokyo
4. Hong Kong
5. Paris
6. Madrid
7. Bangkok
8. London
9. Cape Town
10. Dublin
Madrid sudah menjadi kota belanja sebelum era fast fashion merajalela. Meski flagship Zara di Gran Vía selalu ramai, identitas belanja Madrid tetap didukung penjahit lokal, studio kulit, dan deretan butik kecil yang mempertahankan karakter kota.
Bangkok adalah kota belanja yang semenarik itu. Chatuchak Weekend Market dengan 15.000 kiosnya seperti dunia kecil penuh barang aneh, unik, dan makanan rumahan yang menggoda.
Saat cuaca tak bersahabat, sebagian besar aktivitas belanja pindah ke dalam mal. Central Park punya lebih dari 550 merek dengan taman atap raksasa, sementara IconSiam bahkan menghadirkan pasar terapung mini lengkap dengan perahu kayu.
London memberikan pengalaman belanja yang terasa seperti mengunjungi pasar besar yang terus tumbuh dari masa ke masa. Mayfair masih mempertahankan tradisi penjahit Savile Row, sedangkan Mount Street menawarkan butik-butik modern dengan sentuhan seni.
Portobello Road jadi favorit untuk pemburu barang antik, sementara Oxford Street tetap jadi panggung utama budaya ritel kota ini.
Cape Town memadukan keindahan lanskap dan kreativitas lokal. Watershed di V&A Waterfront menyatukan lebih dari 150 kios kerajinan Afrika dalam satu area luas.
Di sisi lain, kota ini punya ekosistem thrift yang kuat, dengan toko-toko seperti Help The Rural Child atau Coats for Africa yang menyumbangkan hasil penjualan untuk kegiatan sosial.
Dublin menawarkan suasana belanja yang hangat dan penuh karakter. George’s Street Arcade menampung pedagang lencana, pembaca tarot, hingga aksesori unik. Di Grafton Street, suasana klasik masih terasa lewat penyambutan ramah di depan Brown Thomas.
