Seorang turis yang tengah liburan di Vietnam turun tangan membantu korban banjir. Kendala bahasa tak bikin dia menyerah.
Adalah Arshaad Yousuph, turis Afrika yang sedang liburan di Nha Trang, Vietnam, yang menunjukkan kepedulian nyata itu. Dia sudah berada di Nha Trang selama dua pekan hingga kemudian banjir melanda kota itu.
Dilansir dari VN Express, Selasa (2/12/2025), Yousuph melihat kerusakan kota dan derita warlok melalui unggahan di Facebook. Sebuah keluarga memposting bagaimana mereka terjebak di rumah yang runtuh.
Yousuph tak bisa diam saja. Dia bahkan terngiang-ngiang suara wanita yang berada dalam rumah itu saat meminta tolong.
“Suaranya panik,” kata Yousuph.
Dia pun bergegas ke markas militer setempat untuk menanyakan agar bisa bergabung dalam upaya penyelamatan. Turis itu diminta untuk menghubungi nomor darurat 122, tetapi karena listrik padam dan saluran telepon tidak stabil, panggilannya tidak tersambung.
Yousuph kembali ke hotel dan amat gelisah. Pikirannya dipenuhi tangisan orang-orang tua yang terlantar dan anak-anak yang ketakutan.
Pukul 23.00, Rabu (19/11/2025), dengan hujan yang masih mengguyur kota, Yousuph berjalan kaki ke tempat penampungan yang berada di area Lotte Mart di Kelurahan Tay Nha Trang. Ide itu ditentang oleh teman-temannya. Dia menyusuri jalan-jalan yang gelap gulita yang sudah terendam setinggi satu meter berjalan hampir tiga kilometer.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Tanpa koneksi lokal dan keterbatasan bahasa, dia mengandalkan alat penerjemah untuk bertanya kepada penduduk setempat bagaimana ia bisa membantu.
“Saya perenang yang handal, tetapi belum pernah terlatih dalam penyelamatan,” ujar dia.
Yang ia miliki hanyalah kesehatan yang prima, tekad yang kuat, dan kemauan untuk bertindak ketika orang membutuhkan bantuan.
Yousuph mengatakan seorang perempuan memberinya makanan dan wanita lain memberinya jaket pelampung. Melihat tekadnya, turis itu kemudian bergabung dengan tim penyelamat dan mulai mengangkut makanan dan air dengan rakit kecil.
Tim penyelamat bertugas menarik anak-anak, lansia, dan keluarga-keluarga yang kelelahan dari air setinggi pinggang.
Sekitar tengah malam, timnya bergerak maju ke lingkungan yang terendam banjir besar, tetapi kondisinya memburuk. Tim lain kembali dengan berita bahwa air telah naik terlalu tinggi untuk menjangkau beberapa keluarga yang terlantar.
“Saya merasa gagal,” kata Yousuph.
Ia kembali ke hotelnya setelah tengah malam tetapi tidak bisa tidur.
Esok harinya pada pukul 06.00, dia kembali ke titik evakuasi. Kali ini dia bergabung dengan kelompok relawan yang dikoordinasi oleh Nguyen Van Thien, mantan direktur Departemen Kebudayaan dan Olahraga Provinsi Khanh Hoa.
Kelompok tersebut bergerak ke utara Nha Trang menuju Sungai Cai, menjangkau daerah-daerah terpencil. Dengan banyak jalan yang masih tidak dapat dilalui, tim penyelamat mengandalkan perahu dan rakit kecil untuk mengirimkan pasokan penting.
Yousuph melihat seluruh jalan terendam, perabotan yang mengapung di air hanyut, dan keluarga-keluarga terdampar selama berhari-hari tanpa makanan atau obat-obatan.
Dia membantu mengirimkan kotak-kotak mi, air minum kemasan, beras, dan obat-obatan, serta membantu mengangkut peralatan untuk memulihkan listrik di Rumah Sakit Umum Yersin Nha Trang.
“Melihat mata merah dan wajah-wajah bingung orang-orang yang telah kehilangan segalanya membuat hati saya hancur. Saya hanya ingin memeluk semua orang dan memberi tahu mereka bahwa mereka tidak sendirian,” kata dia.
Foto-foto Yousuph yang membantu sepanjang malam direkam oleh penduduk setempat dan dibagikan secara luas di media sosial. Banyak netizen menyebutnya “pahlawan”.
“Saya bukan pahlawan, hanya orang biasa yang berhati penyayang, berani, dan sedikit gila,” katanya.
Dia berterima kasih kepada tim penyelamat dan relawan yang bekerja bersamanya. Mereka tidak saling mengenal, tapi saling membantu.
“Merekalah pahlawan sejati,” ujar Yousuph.
Banjir bersejarah pada pertengahan November menyebabkan kerusakan luas di Provinsi Khanh Hoa, menghancurkan lebih dari 100 rumah dan menyebabkan kerugian yang diperkirakan lebih dari VND 4,1 triliun atau Rp 2,5 triliun.
