Jera Overtourism, Eropa Menuju Wisata Berkelanjutan, Tak Lagi Kejar Jumlah Turis

Posted on

Forum Pariwisata Global 2025 menandai babak baru bagi pariwisata Eropa Tengah. Negara-negara di kawasan itu berkomitmen menata ulang sektor wisata agar tak hanya menguntungkan ekonomi, tapi juga berkelanjutan secara sosial dan lingkungan.

Mereka mematok target itu untuk terwujud pada 2050. Mengutip Euronews, Jumat (24/10/2025) data terbaru dari Badan Pariwisata PBB, Eropa menerima hampir 340 juta wisatawan internasional pada paruh pertama 2025. Angka tersebut naik 4% dibanding tahun sebelumnya dan 7% lebih tinggi dibanding periode yang sama pada 2019.

Prancis dan Spanyol masih menjadi magnet utama, bahkan diperkirakan Spanyol akan menyalip Prancis pada 2034 dengan total kunjungan mencapai 3,75 juta wisatawan.

Namun, di balik angka-angka tersebut, sejumlah kota mulai merasakan dampak negatif dari pariwisata massal atau overtourism. Venesia dan Barcelona misalnya. Kedua kota itu menghadapi perubahan struktur ekonomi akibat dominasi bisnis yang berorientasi pada wisatawan, bukan lagi pada kebutuhan penduduk lokal.

“Kita melihat adanya monokultur ekonomi di pusat kota yang lebih melayani selera wisatawan ketimbang warga setempat,” kata pejabat kebijakan di Eurocities (jaringan kota besar Eropa yang berbasis di Brussels), Eleonora Orso.

Orso menambahkan kebijakan pariwisata sebaiknya terintegrasi dengan strategi perkotaan yang lebih luas, mencakup transportasi, perumahan, hingga kebijakan bisnis.

Fenomena serupa terjadi di Lisbon hingga Athena, di mana lonjakan wisatawan memicu kenaikan biaya hidup, tekanan pada infrastruktur, dan penurunan kualitas hidup warga. Tak heran, protes dari masyarakat lokal semakin sering terdengar.

CEO Visit Berlin, Sabine Wendt, mengingatkan bahwa destinasi wisata sejatinya merupakan produk utama dari pariwisata. Sehingga, destinasi wisata harus dijaga dan dikelola dengan baik.

“Jika kota rusak secara sosial dan lingkungan, tidak akan ada yang ingin datang lagi,” katanya.

Wendt menegaskan pentingnya tanggung jawab bersama antara pemerintah, pelaku usaha, dan wisatawan untuk menjaga keberlanjutan kota.

Kemudian, CEO Visit Brussel, Patrick Bontinck, juga menyoroti perlunya strategi jangka panjang untuk sektor ini.

“Kota harus menentukan siapa yang ingin mereka tarik, lalu membangun infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” ujarnya.

Pendekatan itu diyakini mampu mendorong pariwisata yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga ramah terhadap lingkungan dan masyarakat lokal.

Kendati pariwisata Eropa menunjukkan tren positif, sejumlah tantangan masih membayangi. Berdasarkan Indeks Kepercayaan Pariwisata PBB, biaya transportasi dan akomodasi yang tinggi menjadi penghambat utama bagi wisatawan internasional.

Tingkat inflasi pariwisata diperkirakan turun dari 8% pada 2024 menjadi 6,8% pada 2025, namun masih di atas inflasi umum yang hanya 4,3%. Situasi ekonomi global yang tidak menentu serta ketegangan geopolitik juga turut mempengaruhi minat perjalanan.

Pendiri Forum Penerbangan dan Pariwisata, Jose Ramon Bauza, mengatakan tak adanya pakem yang sama di setiap wilayah menjadikan setiap pendekatan yang dilakukan itu berbeda. Oleh karena itu, kolaborasi menjadi sangatlah penting dalam pelaksanaannya.

“Setiap kota punya pendekatan berbeda, jadi tidak ada solusi tunggal. Tapi kolaborasi antara sektor publik dan swasta sangat penting,” kata Jose.

“Tanpa kerja sama, kita bukan hanya kehilangan waktu, tapi juga potensi investasi,” mantan Presiden Kepulauan Balearic itu menambahakn.

Walaupun Uni Eropa tidak memiliki kewenangan langsung di bidang pariwisata, Komisi Eropa kini tengah menyiapkan strategi bersama untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Rencana yang akan diluncurkan pada awal 2026 itu menargetkan sektor pariwisata yang lebih kompetitif, tangguh, dan ramah lingkungan.

Fokusnya antara lain mengatasi kepadatan wisata, mendorong pilihan perjalanan hijau, meningkatkan layanan digital, serta memfasilitasi perjalanan lintas batas di Eropa. Langkah itu diharapkan dapat membantu kota-kota Eropa bertransformasi dari pariwisata massal menuju masa depan wisata yang lebih seimbang, di mana penduduk lokal dan wisatawan sama-sama diuntungkan.