Gubernur Bali Wayan Koster merancang pariwisata Bali di masa depan difokuskan pada pariwisata berkualitas berbasis budaya. Koster menilai pariwisata massal yang menekankan kuantitas menimbulkan berbagai persoalan.
Menurut Koster, pariwisata Bali akan ditata agar mendatangkan wisatawan berkualitas yang menghormati budaya dan taat terhadap hukum. Ia menyebut wisatawan berkualitas juga memiliki tanggung jawab terhadap Bali.
“Pariwisata Bali ke depan akan kami kendalikan. Tidak lagi pariwisata murahan yang membuat masalah di Bali,” ujar Koster saat peresmian dimulainya pelaksanaan Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, Senin (22/12/2025) dilansir infoBali.
Dia mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menyiapkan Peraturan Daerah (Perda) Pariwisata Berkualitas dan akan diajukan ke DPRD Provinsi Bali pada Januari 2026. Koster ingin wisatawan yang pelesiran ke Bali menghormati kearifan lokal dan tidak merusak tatanan budaya dan kehidupan masyarakat.
“Kami sudah harus mengendalikan pariwisata agar yang datang ke Bali ini (agar) betul-betul respek terhadap Bali, cinta Bali, menghormati budaya Bali, menghormati hukum yang ada di Indonesia, dan punya tanggung jawab terhadap Bali. Datang ke Bali karena cinta Bali, bukan karena ingin merusak Bali,” kata Koster.
Dalam kesempatan tersebut, Koster juga menekankan pentingnya penguatan karakter dan jati diri manusia Bali sebagai bagian dari pembangunan jangka panjang. Menurutnya, beberapa karakter asli (genuine) orang Bali, antara lain jujur, santun, ulet, gigih, tekun, kreatif, dan inovatif.
“Sebenarnya ini adalah karakter genuine Bali,” kata politikus PDIP itu.
Koster juga menyoroti kondisi geografis alam Bali yang menurutnya terus mengalami penyusutan dalam dua dekade terakhir. Dia berjanji akan melakukan pengendalian abrasi pantai, pembatasan pengambilan air bawah tanah, serta mitigasi tanah longsor dan bencana alam dalam lima tahun ke depan.
Gubernur Bali dua periode itu mengatakan kondisi geografis Bali saat ini mengalami tekanan serius. Abrasi pantai, dia melanjutkan, terjadi sangat cepat dan hingga menyebabkan penyusutan daratan di sejumlah kawasan pesisir.
“Ini perlu kita sadari, karena luas Bali ini terus menyempit, mengecil, mengalami abrasi pantai yang sangat cepat,” ujar Koster.
Koster mencontohkan dampak abrasi yang telah menghilangkan fungsi lahan pertanian di beberapa wilayah. Menurutnya, terdapat sawah yang secara administrasi masih tercatat dalam sertifikat, tetapi secara fisik sudah tidak ada karena telah terendam air laut.
“Sekarang sudah ada sawah tinggal sertifikat, sawahnya sudah tidak ada. Yang ada adalah air, karena air lautnya sampai menyasar daratan,” dia menambahkan.
Koster menilai perlunya langkah mitigasi yang terencana agar luasan daratan Bali tidak terus berkurang. Berdasarkan data yang dia sampaikan, luas daratan Bali saat ini mencapai sekitar 5.590 kilometer persegi. Luasan tersebut berkurang sekitar 40 kilometer persegi dibandingkan kondisi 20 tahun lalu.
***
Selengkapnya klik di
