Mengenal Brebes, Asal 100 Ribu Telor Asin untuk Korban Bencana Sumatera

Posted on

Kabupaten Brebes, Jawa Tengah tengah menjadi perhatian setelah kebaikan warga menyumbangkan 100 ribu telor asin untuk bencana Sumatera. Daerah itu ternyata pusat produksi telur asin di Indonesia yang sudah melegenda.

Telur asin menjadi ikon kuliner dan identitas budaya yang melekat kuat di wilayah ini. Melansir informasi dari situs Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, tradisi produksi telur asin di Brebes dimulai sejak 1950-an yang dikembangkan oleh masyarakat keturunan Tionghoa. kemudian menyebar ke masyarakat setempat.

Pemerintah Kabupaten Brebes menegaskan bahwa telur asin bukan hanya komoditas pangan, tetapi sudah menjadi aset budaya dan identitas daerah Brebes. Oleh karena itu, pemerintah setempat mendukung pelestarian dan pengembangan telur asin di Brebes untuk tetap menjaga kualitas, mendata produksi, dan mendorong pelaku UMKM agar lebih profesional.

Telur asin awalnya dikenal sebagai bagian dari tradisi persembahyangan masyarakat keturunan Tionghoa, biasanya disajikan dalam upacara untuk Dewa Bumi.

Selain itu, infoJateng mencatat sejarah telur asin Brebes berawal dari tradisi warga keturunan Tionghoa dalam mengawetkan bahan makanan, termasuk telur. Kegiatan mengawetkan makanan ini biasanya dilakukan warga Tionghoa untuk bekal perjalanan saat hendak berpergian jauh.

Kemudian keahlian dalam mengawetkan makanan ini dikembangkan untuk dikomersilkan oleh keluarga Tionghoa di Brebes pada akhir 1950-an. Kemendikbud mencatat beberapa perintis usaha telur asin di Brebes di antaranya Tjoa Kiet Hien dan Lina Pandi. Dari sana perkembangan produksi telur asin terus dikembangkan dan diturunkan secara turun temurun.

Kemudian banyak mantan pekerja telur asin yang bekerja di keluarga Tionghoa kemudian membuka usaha telur asin dan memproduksinya sendiri seperti HTM Jaya, Randy Jaya, Pandhawa, dan masih banyak lagi.

Telur asin Brebes memiliki karakter yang mudah dikenali dibandingkan produk dari daerah lain. Telur asin Brebes memiliki dua jenis yaitu telur asin rebus dan telur asin panggang yang berwarna kecokelatan. Keistimewaannya terletak pada kuning telur yang masir, yaitu tekstur lembut yang gurih, agak kering, serta mengeluarkan minyak dengan warna oranye terang atau orang Brebes menyebutnya “melekak.”

Proses pengasinan yang dilakukan para perajin Brebes menghasilkan rasa yang tidak terlalu asin tetapi tetap kaya, sehingga lebih digemari. Selain cita rasanya, telur asin Brebes juga terkenal memiliki daya tahan sekitar satu minggu berkat metode pemeraman dan bahan pengasinan yang sudah dipertahankan secara turun-temurun.

Ciri khas inilah yang membuat telur asin Brebes menjadi ikon kuliner yang sulit ditandingi daerah lain

Produksi telur asin Brebes membuka peluang ekonomi yang luas bagi masyarakat. Banyak warga mendapat kesempatan memperoleh penghasilan dari usaha pengolahan dan distribusi telur asin, apalagi peminat telur asin Brebes ini tidak hanya masyarakat lokal tetapi menyebar ke berbagai daerah.

Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah mencatat bahwa beberapa pelaku usaha di Brebes mampu memproduksi hingga 50 ribu butir telur asin setiap bulan untuk didistribusikan ke seluruh Indonesia. Usaha ini memberikan keuntungan yang berkelanjutan dan menjadi sumber mata pencarian masyarakat Brebes.

Menariknya, para pengusaha telur asin di Brebes umumnya tidak memproduksi telur dari ternak sendiri. Mereka mendapatkan pasokan telur bebek dari para peternak lokal, lalu mengolahnya menjadi telur asin berkualitas.

“Uniknya, penjual telur asin di Brebes ini kebanyakan mengambil telur bebek dari peternak lokal, mereka nggak ternak sendiri. Setelah itu, baru mereka buat jadi telur asin,” kata Qonita, salah satu warga Brebes.

Kini, telur asin Brebes menjadi identitas kuliner yang melekat kuat dengan nama Brebes. Telur asin Brebes ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia oleh Kemendikbud di tahun 2020.

Melansir informasi PPID Kabupaten Brebes, masyarakat Brebes mengenal sebuah ungkapan “Ingat Brebes, Inga Telur Asin” yang diresmikan Pemerintah Kabupaten Brebes sebagai branding dari daerah tersebut.

Popularitas telur asin sebagai identitas Brebes ini tampak di waktu libur panjang atau mudik, toko-toko telur asin di Brebes akan dipadati oleh pembeli, bahkan mobil-mobil akan terparkir berjejer di sekitaran toko.

“Selalu ramai setiap libur panjang, biasanya jalanan di toko telur asin macet dan dipadati pembeli. Mereka biasanya beli buat makan sendiri atau buat oleh-oleh dari Brebes,” ujar Qonita.

Telur asin Brebes bukan sekadar produk kuliner, melainkan bagian dari identitas sosial budaya dan kebanggaan warga Kabupaten Brebes. Dengan pengakuan sebagai warisan budaya serta diterimanya secara luas oleh berbagai lapisan masyarakat, telur asin Brebes membuktikan bahwa kuliner tradisional bisa menjadi simbol identitas sebuah daerah.

“Telur asin ‘kan sudah jadi ikon kuliner di Brebes,” Qonita menambahkan.

Akulturasi Budaya Tionghoa dan Lokal

Ciri Khas Telur Asin Brebes

Mendorong Mobilitas Sosial Masyarakat

Ikon Kuliner dan Identitas Khas Brebes