Menjelang tahun baru 2026, wajah kota Depok sekarang jadi lebih hijau. Banyak pohon yang ditanam di lahan kritis, kini menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH) asri.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok telah merampungkan bulan pertama program bertajuk ‘Satu Minggu, Satu Pohon’. Program ini menargetkan transformasi cepat lahan-lahan kritis pasca penertiban dan bahu jalan gersang, menjadi area hijau penyerap polutan.
Selama satu bulan berjalan, program ini telah berhasil menanam pohon pelindung di empat lokasi yang sebelumnya dikenal semrawut dan gersang.
Lokasi itu antara lain area eks bongkaran Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Raya Bogor dan Jalan Raya Citayam, hingga eks TPS liar di Jalan Kalibaru dan bahu Jalan Margonda.
“Kami berkomitmen akan terus menanam minimal satu pohon setiap pekannya,” ujar Tri Sakti Anggoro, inisiator program tersebut, dikutip dari Situs Pemerintah Kota Depok, Rabu (31/12/2025).
Menurut Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Konservasi (TLK) DLHK Kota Depok itu, tantangan yang dihadapi Kota Depok sekarang memang cukup berat.
“Tantangan Depok saat ini bukan hanya soal menertibkan ruang, tapi bagaimana mengisi ruang yang sudah ditertibkan itu agar tidak kembali okupasi dan memberi manfaat bagi publik. Kami memilih jenis pohon yang akarnya tidak merusak infrastruktur jalan namun memiliki daya serap CO2 tinggi,” ujar Sakti, sapaan akrabnya.
Berdasarkan perhitungan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) melalui SITALA per 24 Desember 2025, Indeks Kualitas Lahan (IKL) Kota Depok tahun 2025 mencapai 36,73.
Angka ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 36,50, sekaligus melampaui target nasional yang ditetapkan sebesar 36,19.
Menurut Sakti, program yang dia rancang bukan sekadar seremonial penanaman pohon, melainkan strategi jangka panjang untuk penataan ruang kota Depok yang berbasis ekologi. Setiap titik penanaman pohon dipilih berdasarkan urgensi tingkat polusi dan kebutuhan ruang teduh bagi para pejalan kaki
“Di usia kota yang semakin matang, Depok membutuhkan pendekatan yang enerjik namun terukur. Perapihan lokasi tiap minggu mungkin terdengar kecil, tapi ini adalah komitmen konsisten. Bayangkan dampaknya dalam 5 hingga 10 tahun ke depan bagi penurunan suhu mikro di Depok,” tambah dia.
Ke depan, Sakti berencana mengintegrasikan data pohon-pohon ini ke dalam sistem basis data digital, sehingga publik dapat memantau pertumbuhan dan estimasi kontribusi oksigen dari setiap pohon yang ditanam.
