Penurunan Kunjungan Wisatawan Australia ke Amerika Serikat Tahun 2025

Posted on

Minat warga Australia untuk berlibur ke Amerika Serikat tampaknya makin menurun sejak Donald Trump kembali menjabat sebagai presiden.

Dari data terbaru menunjukkan tren tersebut bukan hanya sementara, tapi diperkirakan akan terus berlanjut sepanjang tahun ini. Melansir The Guardian, Selasa (15/4/2025) data dari Administrasi Perdagangan Internasional Amerika Serikat, jumlah kunjungan warga Australia ke Negeri Paman Sam pada Maret 2025 turun sebesar 7% dibandingkan Maret tahun sebelumnya.

Artinya, ada sekitar 4.500 orang lebih sedikit yang bepergian ke sana. Angka itu jadi penurunan terbesar sejak Maret 2021, masa ketika pandemi Covid-19 masih sangat membatasi perjalanan internasional.

Penurunan kunjungan itu ternyata tak hanya terjadi dari Australia saja, jumlah wisatawan dari Eropa dan beberapa wilayah lain juga ikut turun. Sejumlah negara bahkan memperbarui imbauan perjalanan mereka ke Amerika Serikat, menyusul berbagai perkembangan politik di sana.

Secara keseluruhan, kedatangan wisatawan asing ke Amerika Serikat pada bulan Maret mengalami penurunan sebesar 11,6%.

Lembaga analis perjalanan, Tourism Economics, menyebut tren yang terjadi lebih buruk dari prediksi terburuk mereka. Salah satu faktor yang memengaruhi adalah nilai tukar dolar Australia yang terus melemah, membuat biaya liburan ke luar negeri, terutama ke Amerika Serikat jadi lebih mahal.

Namun, bukan hanya soal uang, sejak awal 2025 berbagai insiden di perbatasan Amerika juga ikut membuat calon pelancong berpikir dua kali. Salah satunya adalah kasus seorang warga Australia pemegang visa kerja yang malah ditahan dan dideportasi saat masuk kembali ke Amerika Serikat.

Ia mengaku diperlakukan dengan kasar, bahkan dihina oleh petugas perbatasan. Adapun seorang komedian Australia yang akhirnya membatalkan perjalanannya ke Amerika Serikat setelah mendapat saran hukum bahwa leluconnya di masa lalu soal Trump bisa jadi masalah di imigrasi.

Kejadian seperti ini memicu kekhawatiran di kalangan akademisi dan profesional Australia. Banyak dari mereka kini lebih memilih untuk tidak menghadiri konferensi di Amerika Serikat karena takut ditahan atau ditolak masuk.

Kekhawatiran juga muncul di kalangan warga Australia dengan identitas gender beragam. Mereka kini diingatkan bahwa proses visa bisa jadi lebih rumit setelah Trump mengeluarkan kebijakan baru terkait isu gender.

Kepala Divisi Perjalanan Wisata Flight Centre, James Kavanagh, mengakui bahwa Amerika Serikat masih jadi destinasi favorit warga Australia. Tapi ia juga menegaskan bahwa situasi politik saat ini tak bisa diabaikan.

“Kalau kita lihat kuartal pertama tahun ini dibandingkan tahun lalu, pemesanan ke Amerika Serikat memang sedikit turun. Tapi justru terlihat peningkatan cukup besar untuk wilayah Asia Timur dan Eropa Utara,” jelasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Chief Operating Officer Divisi Korporat Flight Centre, Melissa Elf, mengatakan bahwa meski pelancong bisnis dari Australia masih cukup aktif ke Amerika Serikat, situasi politik dan tarif dagang baru bisa mengubah arah.

“Banyak perusahaan mulai mempertimbangkan untuk memfokuskan bisnis mereka ke kawasan seperti Asia atau Timur Tengah,” ujarnya.