Polemik dilarangnya kegiatan study tour menyedot perhatian banyak pihak. Seperti jadi rahasia umum, selama ini study tour dinodai oleh ulah oknum-oknum nakal.
Pelarangan study tour di kalangan anak sekolah menuai pro dan kontra. Ada banyak pihak yang setuju. Namun ada juga pihak yang tidak setuju.
Sebagai pihak yang bergerak di bidang experential tourism, Gigih Gesang, Sekjen Asosiasi Experential Learning Indonesia (AELI) mendorong agar study tour bisa menjadi kegiatan yang lebih bermanfaat, tidak hanya sekadar jalan-jalan dan berwisata saja.
“Study tour juga jadi masalah tuh, gimana harusnya study tour itu juga bisa jadi program experiential ya. Sekarang ini yang terjadi adalah study tour, hanya tour saja, tanpa study,” ucap Gigih saat ditemui di dwangsa9 Jakarta, Selasa (17/6/2025).
Kegiatan study tour yang hanya tour saja, tanpa ada study atau pelajaran yang bisa diambil oleh para siswa tentu menjadi concern bagi Gigih.
“Ini jadi concern kami juga nih di experential learning di AELI. Kita ingin mendorong Kementerian Pariwisata dan Kementerian Pendidikan untuk mengembalikan study tour menjadi study tour dengan experential tourism tadi,” terang dia.
“Nggak dibawa ke Borobudur terus dilepas gitu aja, nggak dong. Harus ada experience-nya. Bagaimana akhirnya mereka bisa mengeksplore. Kan harus ada panduannya, harus ada program yang dirancang. Nah, itu yang kita pengen bawa nih ke Kementerian Pariwisata dan Kementerian Pendidikan,” imbuh Gigih.
Selama ini Gigih menilai kegiatan study tour sudah dirusak oleh oknum-oknum nakal. “Study tour itu pelaksananya dua. Pertama provider experential learning itu sendiri dan yang kedua tour travel. Anggota kami terdampak, tur travel juga terdampak. Oleh apa? pelaku-pelaku yang nakal,” ucapnya.
“Kan kejadiannya selalu sama. Udah dibooking, udah siap berangkat, busnya nggak ada. Udah dateng ke lokasi, hotelnya belum dibooking. Itu kan terjadi oleh pelaku-pelaku nakal. Mereka tidak menerapkan konsep tur dengan baik dan konsep study tour dengan baik,” sesal Gigih.
Gigih pun berharap tata kelola tentang standar pelaksanaan kegiatan study tour yang bisa terbentuk dengan baik, berkat hasil duduk bersama dari Kementerian Pariwisata maupun Kementerian Pendidikan.
“Nah itu yang mau kita dorong. Kemenpar sepertinya sudah punya komitmen untuk itu. Pelaksanaan tournya terstandard. Bookingnya bagus, hotelnya oke, busnya aman, dan pelaksanaan programnya juga terstandard, yang bener-bener bisa membuat pembelajaran buat peserta study tournya. Nah itu yang kita pengen,” harap Gigih.