Sustainable Tourism Penting untuk Masa Depan Pariwisata Indonesia

Posted on

Pariwisata kini bukan hanya sekadar menjual destinasi, pelayanan, atau atraksi saja. Kini semuanya harus berdasar pada kelestarian dan keberlangsungan.

Dalam mencapai penerapan pariwisata berkelanjutan di Indonesia, perlu ada upaya konkret yang harus dijalankan oleh berbagai pihak.

Perencana Ahli Pertama/Associate Planer Bappenas, Abdurachman Rafi, menerangkan berdasar dari amanat Indonesia untuk meningkatkan produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2045 sebanyak 8% dan mencapai devisa hingga 100 miliar dolar Amerika, sektor pariwisata punya target berjangka. Rafi mengatakan di tahun 2029 targetnya 4,9 hingga 5% peningkatan PDB dan 32 hingga 39 miliar dolar AS untuk devisa.

“Untuk mencapai target tersebut kita mengimplementasikan dan juga merencanakan kebijakan terkait dengan high quality tourism, yang mana pariwisata ini tidak hanya mementingkan pada sektor ekonomi saja. Namun juga tentang bagaimana pengalaman berwisata itu sendiri yang ditambah atraksi yang berdaya saing,” jelas Rafi dalam workshop ‘Empowering Sustainable Tourism: Integrating Blue, Green, and Circular Economy (BGEC) in Tourism Operations’ yang digelar Kementerian Pariwisata di Hotel Pullman Central Park, Selasa (26/8/2025).

Adapun pembangunan yang berkelanjutan dan peningkatan daya tambah. Lalu aspek yang kedua, tentang pariwisata berkelanjutan, yang ia garisbawahi tidak hanya terpatok pada kualitas tapi juga keseimbangan.

“Sebagaimana pembangunan berkelanjutan, kita mendorong adanya kontribusi pada peningkatan daya saing dan juga peningkatan kesejahteraan pada masyarakat sekitar, peningkatan ekonomi masyarakat, dan pelestarian lingkungan,” lanjut Rafi.

Katanya, dengan pariwisata Indonesia yang punya banyak daya tarik mulai dari alam, budaya hingga sejarah, semua itu merupakan aset besar untuk terus tetap dijaga hingga generasi-generasi selanjutnya.

“Ini menjadi modal bagi anak-anak kita dan juga tentunya lingkungan. Kita tahu Indonesia memiliki banyak pantai, gunung, yang mana itu perlu tetap lestari sampai nanti generasi berikutnya,” lengkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Asisten Deputi Bidang Manajemen Usaha Pariwisata Berkelanjutan Kementerian Pariwisata, Amnu Fuadiy, menjelaskan walaupun mendapat tantangan terkait belum banyaknya masyarakat yang peduli tentang isu ini, tetapi di beberapa destinasi prioritas sudah terdapat hasil yang menjanjikan.

Ia bercerita seperti di Borobudur, Danau Toba, dan Mandalika menunjukkan hasil yang positif dalam penerapan pariwisata berkelanjutan.

“Jadi kami melakukan dari hasil kerja sama dengan Bappenas melakukan uji coba di beberapa destinasi prioritas itu sebenarnya kepeduliannya sudah ada. Hanya saja memang sumber daya manusianya masih sangat terbatas,” kata Amnu.

Oleh karenanya tugas selanjutnya dari penerapan pariwisata berkelanjutan ini adalah capacity building. Ia berkeyakinan meski masih banyak yang belum peduli, dari hasil survey Kemenpar-Bappenas di beberapa destinasi prioritas itu bisa memacu ekosistem pariwisata lainnya untuk senantiasa menerapkan apa yang dimaksud dengan pariwisata berkelanjutan.

“Itu yang kita perlu terus melakukan pendampingan kapasitas supaya SDM-nya aware. Mereka sudah sangat peduli dengan bagaimana menghemat energi, bagaimana menghemat air, mengelola limbah, bagaimana menuju zero waste di beberapa industri seperti hotel, akomodasi itu sudah sangat ini (bagus),” ungkapnya.