Di tengah kekhawatiran dunia seni atas pencurian permata di Museum Louvre, Prancis. Museo del Tesoro di San Gennaro, Italia justru memperkuat pertahanan koleksinya lewat teknologi unik.
Museo del Tesoro di San Gennaro, Napoli kini menggunakan metode sidik jari fotografis untuk setiap permata dan artefaknya, guna mencegah pencurian dan penjualan ilegal.
Mengutip Reuters, Rabu (5/11/2025) selama lebih dari satu dekade, tim ahli gemologi di bawah pimpinan Ciro Paolillo, mantan profesor Universitas La Sapienza Roma, telah memotret lebih dari 10.000 batu mulia menggunakan mikroskop dan peralatan khusus. Proses itu menciptakan ‘sidik jari forensik’ yang disebut para ahli sebanding dengan DNA permata.
“Jika Louvre memakai sistem ini, para pencuri tak akan bisa menjual kembali batu permata dari perhiasan curian. Batu itu akan tetap teridentifikasi, bahkan jika dipotong,” ujar Paolillo.
Meski belum dapat memastikan apakah Louvre menerapkan metode serupa, sistem keamanan di Paris itu kini menjadi sorotan. Direktur Museum Louvre, Laurence des Cars, sebelumnya mengakui keamanan gedung bersejarah itu masih lemah.
Ia menyebut kamera keamanan tidak menjangkau seluruh fasad dan jendela yang dibobol pencuri bahkan tidak terpantau CCTV.
Jaksa Paris mengonfirmasi telah menangkap tersangka pencurian, namun enggan membeberkan detail demi menjaga proses pencarian perhiasan curian.
Tesoro di San Gennaro atau Harta Karun San Gennaro merupakan kumpulan karya seni dan permata sakral hasil sumbangan para paus, bangsawan, hingga warga kaya selama tujuh abad. Koleksi tersebut mencakup salib bertatahkan zamrud dan berlian dari Joseph Bonaparte, serta mitra dan kalung yang dihiasi lebih dari 5.000 batu mulia.
Menurut direktur Museum Naples, Francesca Ummarino, kedua benda berharga itu diperkirakan bernilai sekitar 100 juta euro atau setara Rp 1,8 triliun. Koleksi juga mencakup 53 patung dada perak dari abad ke-17 dan ke-18 yang masing-masing berbobot hingga 200 kilogram.
Paolillo dan timnya bahkan menelusuri asal logam dari artefak-artefak tersebut ke bengkel bersejarah di kawasan Tukang Emas Napoli. Namun, metode pemetaan metalurgi kini tak lagi efektif karena logam paduan modern telah distandarisasi.
“Jika dicuri, para pelaku biasanya melebur logamnya, membuat asal-usulnya mustahil dilacak,” jelasnya.
Berbeda dengan kebanyakan koleksi keagamaan di Italia, Harta Karun San Gennaro bukan milik Vatikan atau negara, melainkan milik warga Napoli yang dikelola oleh lembaga awam Deputazione, berdiri sejak 1527.
Koleksi ini pernah menjadi target perampokan mafia lokal Camorra pada tahun 1975. Setelah kejadian itu, seluruh harta disimpan di brankas Bank Naples selama hampir 30 tahun, sebelum dibuka kembali untuk publik pada 2003. Sejak itu, tak ada lagi laporan pencurian meski tingkat kejahatan kota tetap tinggi.
“Kami memiliki jendela anti-pencurian, alarm di setiap titik, dan patroli militer 24 jam. Jika ada yang hilang, pemetaan batu akan membantu kami mengenalinya,” ujar Wakil Presiden Deputazione Riccardo Carafa d’Andria.
“Warga Napoli memiliki pengabdian mendalam kepada santo pelindung mereka. Mereka tidak akan pernah menyentuh Harta Karun San Gennaro, apalagi membiarkan orang lain melakukannya,” lengkapnya.
Harta Karun San Gennaro, Simbol Kekayaan dan Iman Napoli
Tesoro di San Gennaro atau Harta Karun San Gennaro merupakan kumpulan karya seni dan permata sakral hasil sumbangan para paus, bangsawan, hingga warga kaya selama tujuh abad. Koleksi tersebut mencakup salib bertatahkan zamrud dan berlian dari Joseph Bonaparte, serta mitra dan kalung yang dihiasi lebih dari 5.000 batu mulia.
Menurut direktur Museum Naples, Francesca Ummarino, kedua benda berharga itu diperkirakan bernilai sekitar 100 juta euro atau setara Rp 1,8 triliun. Koleksi juga mencakup 53 patung dada perak dari abad ke-17 dan ke-18 yang masing-masing berbobot hingga 200 kilogram.
Paolillo dan timnya bahkan menelusuri asal logam dari artefak-artefak tersebut ke bengkel bersejarah di kawasan Tukang Emas Napoli. Namun, metode pemetaan metalurgi kini tak lagi efektif karena logam paduan modern telah distandarisasi.
“Jika dicuri, para pelaku biasanya melebur logamnya, membuat asal-usulnya mustahil dilacak,” jelasnya.
Berbeda dengan kebanyakan koleksi keagamaan di Italia, Harta Karun San Gennaro bukan milik Vatikan atau negara, melainkan milik warga Napoli yang dikelola oleh lembaga awam Deputazione, berdiri sejak 1527.
Koleksi ini pernah menjadi target perampokan mafia lokal Camorra pada tahun 1975. Setelah kejadian itu, seluruh harta disimpan di brankas Bank Naples selama hampir 30 tahun, sebelum dibuka kembali untuk publik pada 2003. Sejak itu, tak ada lagi laporan pencurian meski tingkat kejahatan kota tetap tinggi.
“Kami memiliki jendela anti-pencurian, alarm di setiap titik, dan patroli militer 24 jam. Jika ada yang hilang, pemetaan batu akan membantu kami mengenalinya,” ujar Wakil Presiden Deputazione Riccardo Carafa d’Andria.
“Warga Napoli memiliki pengabdian mendalam kepada santo pelindung mereka. Mereka tidak akan pernah menyentuh Harta Karun San Gennaro, apalagi membiarkan orang lain melakukannya,” lengkapnya.
