Industri restoran di Mallorca tengah dilanda kekhawatiran besar seiring dengan potensi penutupan ratusan restoran tahun ini. Banyak turis tapi daya beli kecil.
Situasi tersebut disampaikan langsung oleh President CAEB Restaurants Association, Juanmi Ferrer, yang menyebut musim panas kali ini sebagai yang terburuk sejak sebelum pandemi.
Meski suasana di jalanan dan pantai tampak ramai oleh wisatawan, para pemilik restoran justru menghadapi penurunan drastis dalam jumlah pelanggan. Mereka menyalahkan fenomena ini pada meningkatnya jumlah ‘turis sandwich’, sebutan bagi wisatawan yang memilih berhemat dengan membawa bekal dari supermarket daripada makan di restoran.
“Situasinya sangat sulit. Kami sangat khawatir dengan pemasukan usaha kami, banyak yang tidak akan mampu bertahan lama,” keluh Ferrer dikutip dari Express, Sabtu (26/7/2025).
Ferrer menjelaskan bahwa bulan Mei mengalami penurunan aktivitas yang tajam, sebagian besar disebabkan oleh cuaca buruk. Kondisi itu tidak kunjung membaik di bulan Juni, dan hingga Juli pun belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang berarti, khususnya pada layanan makan siang.
Ia menambahkan bahwa perdagangan malam hari memang sedikit membaik, namun masih jauh dari kondisi normal musim panas seperti biasanya.
Secara rata-rata, jumlah pelanggan restoran turun sekitar 5 sampai 6%. Namun, di destinasi wisata populer seperti Port Soller, Sant Elm, dan Port d’Alcudia, ada penurunan jumlah pengunjung bahkan mencapai 40%.
“Kami telah berubah dari kondisi penuh pemesanan menjadi kesulitan mencapai tingkat hunian 60 persen,” tambahnya.
Di kawasan wisata Paseo Marítimo di Palma, jumlah pengunjung restoran juga mengalami penurunan sekitar 20% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun kota ini tampak ramai, Ferrer mencatat bahwa banyak wisatawan tidak membelanjakan uangnya untuk makan di luar.
“Turis masih datang, tapi mereka tidak pergi ke restoran, mereka makan sandwich,” ungkapnya.
Kondisi tersebut diperparah oleh meningkatnya harga tiket pesawat dan akomodasi, sehingga wisatawan datang dengan anggaran yang lebih ketat. Akibatnya, pengeluaran untuk makanan dan minuman ikut ditekan. Ferrer menyebutkan bahwa rata-rata pengeluaran per meja turun antara 10 sampai 12%.
Sementara itu, para pemilik restoran harus bergelut dengan naiknya biaya operasional, mulai dari pajak, harga bahan makanan, sewa tempat, hingga upah karyawan yang meningkat akibat perjanjian kerja baru.
“Banyak bisnis tidak akan mampu memenuhi kebutuhan,” jelas Ferrer..
Sebagai gambaran, pada tahun lalu tercatat sebanyak 370 restoran tutup di Mallorca. Ferrer memperkirakan jumlah tersebut akan meningkat pada tahun 2025, bahkan beberapa restoran telah mengambil langkah ekstrem untuk bertahan seperti memberikan cuti kepada staf selama bulan Juli, yang notabene merupakan puncak musim wisata.