Kabupaten Berau di Kalimantan Timur kerap disebut Maldives dari Indonesia. Bahkan sampai saat ini, julukan itu masih pantas disandang oleh Berau.
infoTravel melakukan Fam Trip Media bersama Mercure Berau, yang dilaksanakan mulai Senin-Kamis (15-18 Desember 2025). Kegiatan ini mengundang sejumlah wartawan dari media nasional, untuk berkunjung ke Berau.
Hanya ada satu penerbangan langsung menuju Berau dari Jakarta. Layaknya penerbangan ke timur Indonesia, jadwalnya pun sangat pagi, pukul 04.45 WIB. Melihat ini, sudah terbayang bagaimana perjuangan untuk sampai ke bandara yang dimulai pada tengah malam.
Namun semua itu terbayar ketika sampai di Berau. Kabupaten yang terkenal dengan keindahan alamnya ini, sebut saja Derawan dan Maratua.
Dalam Fam Trip ini, Mercure Berau mengajak jurnalis untuk menjelajahi Pulau Kakaban dan Maratua. Mendengar nama Pulau Kakaban, bayangan tentang ubur-ubur langka tak menyengat hadir dalam pikiran.
Lagi-lagi perjalanan menuju ke Pulau Kakaban tidaklah mudah. Mengawali perjalanan dari Tanjung Redep, kami harus naik speed boat untuk sampai di sana. Perjalanan laut memakan waktu dua jam, gelombang cukup besar di musim hujan ini.
Kembali pada keyakinan bahwa semua kesulitan akan membawa kenikmatan, perjalanan terlalu tanpa ada hambatan. Matahari sudah meninggi, plang dengan tulisan ‘Kakaban Island’ menyambut kami.
Aroma asin laut menambah rasa dalam ingatan. Saya coba mengingat perjalanan pertama ke pulau itu pada tahun 2008, satu per satu memori berkelebat bergantian. Ada yang berbeda, pikir saya.
Dermaga sederhana itu tidak sendirian. Di muka pulau, ada sebuah bangunan baru yang belum saya kenal. Setelah ngobrol dan bertanya kepada pihak pengundang, rupanya Kakaban tampil dengan wajah baru.
Kalau dulu muka Kakaban di arah timur, sekarang berada di baliknya. Jujur saja, tampilannya sangat segar. Ada jalur treking yang harus dihadapi sebelum sampai ke Danau Kakaban.
Butuh waktu sekitar 20-25 menit, bisa dibayangkan tantangan treking naik turun membuat jantung olahraga. Tapi, itu semua terbayar setelah sampai di danau.
Dikelilingi oleh mangrove dan bantuan karst, Danau Kakaban masih cantik seperti dulu. Ubur-uburnya masih menggemaskan dan banyak. Mulai dari ukuran seujung kuku, sampai sebesar genggaman pun ada. Pengalaman terbaik adalah berenang bersama mereka.
Selain berenang bersama ubur-ubur, aktivitas foto-foto juga sayang dilewatkan. Ada banyak spot cantik di jalur treking yang telah disediakan.
Tanpa terasa waktu telah berlalu, matahari turun perlahan. Walau posisi matahari berubah, tapi sengatnya masih cukup terik. Perjalanan kami lanjutkan ke Maratua, sekaligus menginap di sana.
Air laut yang jernih dan deburan ombak yang tenang membuai kami semua. Sayup-sayup suara tepuk tangan pohon kelapa terdengar, ditambah dengan biar surya yang mulai turun ke peraduan. Semua begitu terpana.
Hari pertama ditutup dengan makan malam. Rasa lelah akibat penerbangan dibayar tuntas dengan keindahan Berau. Masih cantik, masih sama, masih seperti yang dulu. Berau, cantikmu tak berubah seiring waktu.
