Desa Wisata Jatiluwih di Bali memiliki panorama sawah terasering yang menakjubkan. Keindahan dan lanskap budayanya diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia.
Desa Wisata Jatiluwih menjadi salah satu desa yang terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 685 mdpl. Desa ini terletak di kaki Gunung Batukaru, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.
Jatiluwih memiliki keistimewaan dengan dengan hamparan sawah terasering dengan sistem pengairan subak.
Apa saja fakta menarik dari pemandangan surga dunia di Bali ini? Simak berikut ini!
Merujuk informasi dari sejumlah sumber, berikut fakta menarik dan unik Desa Wisata Jatiluwih yang wajib diketahui!
Berdasarkan catatan resmi situs Kemenpar, pada tanggal 29 Juni 2012, Desa Jatiluwih meraih salah satu tonggak sejarah penting ketika sistem pengairan sawah tradisionalnya, yaitu Subak, resmi diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia.
Pengakuan ini tidak hanya diberikan pada Jatiluwih semata, tetapi juga mencakup keseluruhan lanskap budaya Subak di Bali, yang mencerminkan filosofi hidup masyarakat Hindu Bali yang dikenal sebagai Tri Hita Karana yaitu hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Melansir situs resmi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, sistem Subak yang menjadi tradisi bertani masyarakat Bali dipercaya sudah ada sejak tahun 1071 M. Hal ini dibuktikan dengan penemuan nama “Subak” yang tertulis sebuah prasasti Klungkung yang ditemukan pada tahun 1072 M.
Kasubakan atau Subak lahir dari kebiasaan masyarakat lokal dalam bercocok tanam. Letak desa Jatiluwih yang berada di dataran tinggi dan dikelilingi perbukitan membuat para petani saat itu kesulitan mengalirkan air ke sawah.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Dari sinilah kemudian dibuat sebuah sistem irigasi tradisional yang membantu aliran air mengalir ke sawah-sawah milik warga. Sistem irigasi tradisional inilah yang kemudian disebut dengan sistem Subak.
Melansir situs resmi Kemenpar, Desa Wisata Jatiluwih dipilih sebagai salah satu desa terbaik di dunia dalam ajang Best Tourism Village yang diselenggarakan oleh UNWTO tahun 2024.
Penghargaan itu diberikan kepada destinasi pedesaan yang mampu menunjukkan komitmen kuat dalam keberlanjutan, pelestarian budaya, inovasi pariwisata, hingga pemberdayaan masyarakat lokal.
Penghargaan ini diumumkan pada 14 November 2024 dalam acara puncak UNWTO yang digelar di Cartagena de Indias, Kolombia, dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube resmi UNWTO. Desa Wisata Jatiluwih terpilih bersamaan dengan Desa Wisata Wukirsari.
Jatiluwih terkenal dengan hamparan sawah terasering yang luas dan tertata rapi. Pemandangan sawah yang berundak-undak mengikuti kontur perbukitan ini menciptakan lanskap yang sangat fotogenik dan menjadi daya tarik utama wisatawan dari dalam maupun luar negeri.
Kemenpar menyebut Keindahan alam ini tidak hanya membuat Jatiluwih populer sebagai destinasi wisata, tetapi juga mencerminkan pelestarian nilai dan budaya Bali.
Wilayah Jatiluwih berada di dataran tinggi Bali, sehingga memiliki udara sejuk dan lingkungan yang relatif asri. Melansir situs Jadesta Kemenparekraf, daerah sekitar Desa Wisata Jatiluwih dikelilingi oleh hutan lindung dengan luas sekitar 24 hektare.
Area persawahan dan vegetasi sekitar Jatiluwih menjadi habitat bagi berbagai flora dan fauna endemik. Salah satunya adalah kukang jawa, jenis fauna endemik ini sering terlihat oleh wisatawan yang berkunjung ke sana.
